Sahabat, menarik sekali membaca status FB temanku siang tadi (yang kemudian saya copas sebagai status juga). Tahukah Sahabat apa yang dia tuliskan dalam statusnya di FB itu? Ya.. tentang sebuah kebahagiaan.
"Kebahagiaan tidak ditemukan dalam berlimpahnya harta dan kekayaan, tetapi ketika kita bisa menerima keadaan dan keberadaan sepahit apapun sebagai rahmat Tuhan, dan kita menikmatinya." Seperti itulah status yang dia tuliskan dalam FBnya. Sungguh, saya menilai status ini sangat inspiratif dan mencerahkan.
Karena seringkali saat ini kita lihat hampir setiap lini kehidupan senantiasa berpusat kepada materi dan kekayaan. Setiap hari kita sibuk bekerja mencari harta dan uang sebanyak-banyaknya. Pembicaraan-pembicaraan sehari-haripun berkisar tentang uang dan harta. Kemuliaan seseorang dilihat dari status sosial dan kekayaan. Inilah yang sebenarnya menjadi keprihatinan kita bersama.
Sejujurnya saya sangat miris setiap kali melihat dan mendengar hal-hal yang demikian. Saya sangat sensitif jika ada orang-orang yang cuma membicarakan soal kekayaan dan meteri, pangkat dan jabatan, gaji dan tabungan. Saya sangat prihatin dan kasihan pada orang-orang yang demikian. Tidakkah kita ingat, hidup kita di dunia ini tidaklah seberapa lama. Allah Swt memanggil Rasululloh Saw di usia beliau yang berkisar 63 tahunan, dan kitapun kurang lebih akan sama.
Inilah Sahabatku, yang seharusnya menjadi perhatian dan pembelajaran untuk kita. Kebahagiaan tidak selalu bisa kita temukan dalam gelimangan harta dan gemerlapnya tahta. Kebahagian ada manakala hati kita menyatu dengan setiap kehendak-Nya. Jiwa kita menerima apa yang Allah Swt takdirkan dan berikan kepada kita. "La insyakartum la azidannakum wa la inkafartum ina azabi lasadid" (Alqur'an Surat Ibrahim ayat 7). Kebahagiaan ada ketika kita mensyukuri setiap apa yang diberikan Allah swt kepada kita. karena dengan kita mensyukuri apa yang Dia berikan kepada kita, menikmati setiap proses kehidupan yang kita jalani, niscaya hidup kita pun akan terasa lebih mudah dan indah, kita akan lebih "ayem-tentrem" dan mampu memaknai setiap langkah kaki yang kita ayunkan dalam hidup kita. Akan tetapi sebaliknya, jika kita terus-menerus "nggrangsang"-merasa kurang dengan setiap apa yang telah kita miliki, walaupun triliyunan uang telah kita punyai, segunung emas telah kita miliki, niscaya yang ada bukanlah kebahagiaan dan kedamaian, tapi sebuah kesengsaraan, kekeringan jiwa, ke-dahaga-an hati kita. Hidup tentram tiada akan pernah kita dapatkan ketika kita terus-menerus meng-orientasi-kan hidup dan kehidupan kita kepada harta dan materi.
Dan ahirnya, ingatlah Sahabatku.. "Wal akhirotu khoiruw wa abqo" Sesungguhnya kehidupan di akhirat kita akan lebih kekal dan abadi. Dan ingatlah pula, "Walal akhirotu khoirullaka minal ulaa". Insyaallah kita akan mendapatkan kemuliaan, kebaikan, dan keindahan di ahir kita nantinya ketika saat ini kita terus menerus meng-orientasi-kan hidup kita kepada-Nya, bukan kepada harta dan tahta.
Sekali lagi, tidak semua tentang harta.
Yogyakarta, Senin/27 Mei 2013 11.39 PM
Post Comment
0 comments:
Post a Comment