Ya, sederhana saja.. Jika benar engkau mencintainya, maka jauhilah dia agar tetap terjaga kemuliaan dan kehormatannya. Dekati orang tuanya. Dan mintalah dia kepada Sang Pemilik hatinya untuk membukakan hatinya untuk menerimamu sebagai imamnya.
10 Sunnah Harian Nabi untuk Muslim Produktif
Malam tadi ketika membukan FB, di beranda muncul pemberitahuan yang cukup menarik. Ya, tentang 10 Sunnah Nabi untuk Menghidupkan Kebiasaan Produktif Seorang Muslim. Postingan FB teman saya yang dia share dari akun @owelowil ini cukup menarik hati saya dan langsung menggugah pemikiran saya untuk pula membagi ilmu tersebut kepada sahabat-sahabat sekalian, yang in syaa Allah ini adalah ilmu yang sangat bagus untuk kita amalkan demi semakin produktif dan semakin barokahnya kehidupan kita.
Apa saja kesepuluh sunnah harian Nabi Muhammad SAW itu? Langsung saja, yang pertama adalah sholat Tahajjud, karena kemuliaan seorang muslim terletak pada tahajjudnya. In syaa Allah do'a kita akan mudah terkabul dan kita semakin dekat dengan Allah swt. Yang kedua adalah membaca Al-Qur'an setiap hari. Sesibuk apapun diri kita, sempatkanlah membaca Al-Qur'an walaupun beberapa ayat saja, yang penting istiqomah. Bismillah...
Selanjutnya yang ketiga adalah berdzikir setelah sholat. Bagaimana dzikirnya? "Subhanallah walhamdulillah walaa ilaa haillallahu Allahu akbar." Bisa ditambah dengan bacaan-bacaan kalimah thoyyibah yang lain. Selanjutnya yang keempat adalah menjaga sholat sunnah rawatib. Apa itu sholat sunnah Rawatib? Yaitu sholat sunnah yang dikerjakan mengiringi (sebelum dan atau sesudah) sholat Fardhu. mau dibangunkan rumah di surga kan? Dalam sebuah riwayat disebutkan dari Ummu Habibah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ
عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ
بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Tidaklah seorang muslim mendirikan shalat sunnah ikhlas karena Allah sebanyak dua belas rakaat selain shalat fardhu, melainkan Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim no. 728).
Yang selanjutnya yang kelima adalah dzikir pagi dan petang. Dalam QS Al-A'raf ayat 205 Allah SWT berfirman,
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ
الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ
الْغَافِلِينَ
"Dan berdzikirlah (sebutlah nama Rabbmu) dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (Al-A’raf : 205)
Yang keenam adalah jangan tinggalkan masjid. Karena surga ganjarannya bagi pemuda yang hatinya terpaut pada masjid. Yang ketuju adalah jangan tinggalkan sholat dhuha. Karena salah satu kunci rizki adalah sholat dhuha. Yang kedelapan adalah jaga (istiqomahkan) shodaqoh setiap hari. Allah SWT sangat menyukai orang yang bersedekah dan malaikat-malaikat Allah selalu mendoakan orang-oarng yang bersedekah setiap hari. In syaa Allah, Allah SWT akan membalas sedekah kita dengan berlipat ganda.
Selanjutnya kebiasaan Nabi yang kesembilan adalah menjaga wudhu. Karena Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang menjaga wudhunya. Yang terahir adalah amalkan istighfar setiap saat. Dengan beristighfar, Allah SWT akan melapangkan urusan dan permasalahan kita serta mengampuni dosa-dosa kita.
Demikianlah, mari kita bersama amalkan sunnah harian Nabi Muhammad SAW ini, sehingga kita bisa benar-benar menjadi seorang muslim yang produktif, bukan hanya tentang urusan dunia semata, namun lebih jauh lagi, produktif untuk urusan akhirat kita.
Semoga bermanfaat.
**Gambar dari FB Owel Owil
Long Life Education - Sekelumit Kisah Sukses Mas Joko
Long life education, pendidikan sepanjang hayat atau dalam bahasa yang lebih mudah; belajar seumur hidup. Konsep modern yang ditemukan ahir-ahir ini sangat relevan dengan perintah Rasulullah Muhammad SAW 15 abad yang lalu. Ya, pada saat itu Rasulullah Muhammad SAW telah bersabda,
أُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلىَ اللَّهْدِ
yang artinya "Tuntulah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat", atau kalau dalam bahasa Sunda dikatakan "ti mimiti di eyong nepi ka disedong", Dan lebih jauh lagi, ada pula sebuah hadits yang mengatakan "Tholabul ilmi fariidotun ‘ala kulli muslimin wa muslimat" Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, dan masih banyak lagi dalil baik dari Al-Qur'an ataupun Al-Hadist yang menunjukkan betapa pentingnya menuntut ilmu itu. Allah SWT menjanjikan kedudukan yang sangat tinggi bagi orang-orang yang berilmu dan beriman. (QS. Al-Mujadilah ayat 11)
Maka, tiada lagi alasan untuk tidak belajar selama kita masih bisa menghela napas, kita harus terus belajar selama denyut nadi, dtak jantung, aliran darah serta hidupnya pikiran masih ada dalam diri kita. Belajar apapun tanpa terkecuali. Selama apa-apa yang kita pelajari itu akan membawa kemanfaatan bagi sesama manusia, juga membawa kita menuju kepada kerihoan Allah SWT.
Tidak mesti belajar pada lembaga pendidikan formal. Belajar bisa dilakukan di manapun dan kapanpun. Karena begitu banyak hal yang kita bisa pelajari setiap harinya dari setiap apa yang kita lihat, kita alami, kita pikirkan... "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Ali Imran (3) ayat 190-191)
Ada sebuah cerita, kakak sepupu saya yang bernama Joko Susilo Mujiono, yang mana beliau saat ini (alhamdulillah..) tengah berada di puncak kesuksesannya sebagai seorang pengusaha. Ya, beliau sekarang tengah sukses sebagai seorang enterpreuner muda di bidang konstruksi bangunan, khusunya di bidang GRC Precast Panels di kota Padang Sumatra Barat. Di usia yang masih muda beliau berhasil mendirikan perusahaan yang bernama CV. Putra Mandiri.
Mas Joko dengan salah satu proyek GRC nya. |
Akan tetapi apakah lantas beliau tidak pernah belajar? Tidak. Sama sekali tidak. Justru beliau terus belajar berbagai macam pengetahuan yang beliau dapatkan. Mulai dari bahasa inggris, ilmu komputer, ilmu elektronik, ilmu-limu rancang bagun, dan terutama motivasi-motivasi untuk berwira usaha. Pertanyaan selanjutnya, lantas dari mana beliau belajar itu semua?
Maka, jawaban atas pertanyaan itulah yang akan membuat kita "geleng-geleng kepala" sembari berdecak kagum. Ya, beliau belajar dari buku-buku yang selalu beliau baca dan beliau pelajari. Buku-buku itu beliau beli dari sebagian hasil kerja beliau selepas keluar dari sekolah. Kerja apa? Ini pula yang menjadikan kita "tidak percaya" lagi. Ya, beliau dulunya adalah seorang pemulung, ya benar pemulung. Ya dari hasil mulung itulah beliau membeli buku-buku yang beliau gunakan untuk belajar. Pernah juga menjadi kuli bangunan, buruh, sales dan hampir semua pekernyaan "rendah" pernah beliau kerjakan. Semua yang beliau raih saat ini adalah hasil dari kerja keras, doa, dan usaha beliau untuk selalu belajar dari manapun.
Saat ini beliau sudah memiliki lebih dari 40 karyawan. Kehidupan beliau secara ekonomi sudah sangat mapan, punya mobil, tanah, motor serta kehidupan keluarga yang harmonis. Dan yang paling mengangumkan dari beliau adalah setelah semua yang beliau raih saat ini ada di tangan, beliau tiada pernah berhenti untuk belajar. Saat ini beliau belajar menghafal Al-Qur'an. Subhanallah... Beliau belajar Tahfidzul Qur'an dari mp3 murotal yang beliau selalu dengarkan, kemudian setelah hafal beliau setorkan hafalan beliau untuk ditashih oleh salah seorang Kyai di kampung saya, Kyai Munawir Al-Hafidz via telepon (karena Mas Joko berada di Padang Sumatra Barat, sedang Pak Kyai Munawir ada di kampung saya di Grobogan jawa Tengah).
Inilah sekelumit kisah sukses nan inspiratif dari seorang yang selalu belajar tanpa kenal bosan. Terus belajar bahkan di saat dia sudah meraih puncak kesuksesannya. Maka benarlah firman Allah swt dalam QS Al-Mujadillah ayat 11.
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِذا قيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَ إِذا قيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ الَّذينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ وَ اللَّهُ بِما تَعْمَلُونَ خَبيرٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu. Dan jika dikatakan kepada kamu ; Berdirilah !, maka berdirilah Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang~rang yang diberi ilmu beberapa derajat ; Dan Allah dengan apapun yang kamu kerjakan adalah Maha Mengetahui."
Segerakan Menikah, Bismiillah...
“Wahai para pemuda! Barang siapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita (para pemuda) untuk mensegerakan menikah ketika sudah memiliki kemampuan. Karena apa? Karena dengan menikah, akan menjadikan ketenangan hati, tertunduknya pandangan, serta terjaganya diri dari perilaku zina. Mensegerakan menikah di zaman sekarang adalah penting dan sudah bisa dikatakan masuk kategori wajib jika kita melihat lingkungan di sekitar kita, dimana kemaksiatan, pacaran dan sejenisnya merajalela di mana-mana. Maka salah satu solusi yang paling nyata untuk menjaga diri dan kehormatan bagi wanita muslimah dan menundukkan pandangan bagi yang pemuda muslim adalah dengan mensegerakan menikah.
Akan tetapi banyak di antara kita, yang seringkali masih ragu dan gamang ketika dihadapkan pada satu kata ini, menikah. Keraguan, kegamangan, ketakutan itu disebabkan berbagai pertimbangan yang sebenarnya itu ada karena pikiran-pikiran kita sendiri. Dan yang lebih memprihatinkan, keraguan dan kegamangan itu menjadikan kita untuk menunda-nunda untuk menikah dan yang lebih mirisnya lagi membuka ruang untuk melakukan pacaran. Padahal kita sendiri sudah tahu kalau pacaran sudah pasti mengarahkan seseorang kepada hal-hal yang berakibat dosa. Bahkan lebih jauh dan lebih parahnya lagi bisa melenakan dan melalaikan seseorang sehingga terjerumus kepada zina. Na'udzubillah...
Ada saja alasan-alasan dan hal-hal yang menjadi kekhawatiran seseorang ketika ia dihadapkan pada kata menikah ini. Misal yang paling sering terjadi adalah karena alasan belum adanya dana, belum punya penghasilan yang besar, ekonomi belum mapan, masih ingin kuliah/berkaier dulu, belum dapat restu dari orang tua, si dia belum siap (ini bagi yang berpacaran), dan masih banyak lagi alasan-alasan yang sering menjadi ketakutan bagi seseorang untuk menikah.
Padahal sudah jelas, Allah SWT memberikan janji-Nya dalam QS. An-Nur ayat 3 bahwa,
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur : 32).
Harusnya dari ayat ini bisa menjadikan hati kita semakin mantap dan yakin untuk mensegerakan menikah. Karena Allah SWT sendiri yang berjanji, dan ketika berjanji Allah SWT tiada pernah mengingkari. Tidak perlu memandang gengsi, yang menjadikan menikah sebagai suatu hal yang sangat mahal dan berbiaya tinggi. Karena menikah hanya butuh 5 hal yaitu adanya kedua mempelai yang akan dinikahkan, adanya wali nikah, adanya dua orang saksi, adanya mahar, dan adanya ijab-qabul. Sederhana. Ini ketika menikah dilandasi karena benar-benar untuk membangun rumah tangga yang diridhoi Allah SWT. Bukan mengejar gengsi.
Bagi para pemuda tidak perlu ragu, sebenarnya tidak butuh banyak kriteria ketika kita akan meminang seorang gadis untuk dijadikan sebagai istri kita. Selama kita memenuhi kriteria ini, maka jangan lagi menunda-nunda untuk menikah tanpa alasan yang syar'i (yang dibenarkan agama).
- Sudah mencapai aqil baligh.
Karena ini merupakan syarat utama untuk menikah. Seseorang sudah bisa dikatakan mencapai aqil baligh ketika ia sudah mengalami "mimpi basah" bagi laki-laki dan menstruasi bagi perempuan, serta dia mampu membedakan dengan baik segala sesuatu yang baik-dan yang tidak baik. Walaupun hal ini semua orang sudah pasti tau kita perlu bahas lagi karena dengan syarat pertama ini menjadikan manusia menjadi pembelajar sejati. Mau mematangkan diri, selalu belajar dan menimba ilmu agama untuk membangun rumah tangganya. karena jika kita menunggu sempurna secara amal dan keilmuan ya nggak akan menikah-menikah. Karena kita tidak akan pernah sempurna tidak akan bisa sempurna yang bisa kita lakukan adalah menyempurnakan niat, menyempurnakan akal dengan terus belajar. - Mampu meyakinkan orang tua dan (calon) mertua.
Orang tua kita adalah orang yang paling mengerti tentang diri kita. Merekalah yang paling tahu kapan waktunya kita sebagai anak pantas untuk menikah atau belum pantas untuk menikah. Dan terutama dalam hal menikah muda dan menikah secara Islami, bagi sebagian besar orang tua hal ini masihlah tabu. Banyak orang tua mempertanyakan bahkan melarang anaknya manikah di usia muda walaupun itu untuk memenuhi syari'at Islam. Tugas kita adalah meyakinkan orang tua kita tentang hal ini. Bahwa kita benar-benar telah siap untuk menikah demi meraih ridho Allah SWt serta akan menjadikan kita lebih baik lagi setelah menikah. Juga yakinkan kepada calon mertua bahwa kita siap menerima amanah untuk menjaga dan membina rumah tangga yang islami dengan putrinya. Karena sudah pasti setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk putrinya termasuk dalam hal pendamping hidup yang mampu membimbing putrinya dunia dan akhirat. - Punya dana yang cukup.
Yang perlu kita ingat adalah "cukup" bukan banyak. Karena sebenarnya manikah sangatlah murah (dari sisi biaya) ketika kita mau melakukannya secara sederhana. Lain halnya ketika menikah dengan
disertai gengsi yang tinggi, maka biayapun akan membengkak belipat-lipat dari yang seharusnya. Misal sebagai gambaran untuk biaya KUA : Rp.35.000,- (Jika menikah di kantor KUA) / Bahkan sekarang kabarnya gratis dan jika diundang ke rumah itu sekitar Rp. 500.000,- sampai dengan Rp.1.000.000,-. Biaya mahar berupa seperangkat alat shalat dan cincin nikah sekitar Rp.1.000.000,- dan biaya pesta kecil-kecilan untuk makan-makan sederhana lebih kurang Rp.1.000.000.-. Dan ketika pihak mempelai kekeuh ingin mengadakan resepsi dengan pesta mewah dan berbiaya mahal, sampaikan saja dengan baik dan santun kepada orang tua calon istri bahwa kita ingin menikah dengan meraih ridho Allah SWT dengan cara yang sederhana, sampaikan juga dengan jujur tentang kemampuan finansial kita kepada beliau calon mertua. Jika mereka masih juga bersikukuh, maka kita cari saja muslimah yang lain yang mau menerima kita dengan apa adanya, mau menerima kita sesuai dengan kemampuan kita. Sederhana. Karena itu baiknya jangan ada hubungan khusus dan rasa cinta sebelum akad nikah. Bangunlah cinta setelah akad nikah. - Bisa jadi imam bagi istri. Selain menjadi imam sholat, juga menjadi imam dalam menjalankan bahtera rumah tangga. Untuk menjadi imam sholat, cukup dengan hafal Al-Fatihah dan surat-surat pendek, bisa membaca Al-Qur'an dengan tajwid. Tentu jika hafalan banyak dan bacaan bagus akan menjadikan nilai tambah yang sangat bagus. Pun demikian halnya dengan menjadi imam rumah tangga, seperti yang dibahas di pembahasan nomor satu di atas, perlu ilmu agama yang cukup tentang membangun rumah tangga. Tidak harus sampai sempurna amal dan ilmunya, akan tetapi kemauan dan kemampuan untuk terus belajar dan belajar, bahkan ketika sudah berumah tanggapun masih harus tetap belajar tentang ilmu agama bersama-sama dengan istri, yang akan bisa saling melengkapi. Indah kan?
- Selalu yakin kepada Allah SWT. Kembali kepada QS. An-Nur ayat 3 di atas tentang janji Allah SWT yang akan memampukan kita, akan mencukupkan kita.
Semoga Allah SWT memudahkan kita dan segera mempertemukan kita dengan pendamping hidup yang sholih/sholihah untuk kita. Aamiin...
Ketika Pendidikan dan Penghasilan Istri Lebih Tinggi Daripada Suami
Sangat menarik untuk kita bahas tema ini. Ya, tentang bagaimana ketika seorang istri memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan penghasilan lebih besar daripada suami. Mengapa ini menjadi sangat menarik untuk kita bahas? Karena sering kali inilah yang menjadikan seorang laki-laki merasa minder atau tidak percaya diri ketika dihadapkan pada wanita yang dengan kondisi seperti itu. Ditambah lagi (misal) usia si wanita lebih tua dari ada laki-laki.
Sehingga, kadangkala terhadap wanita yang memiliki pendidikan yang tinggi dan penghasilan yang terlampau besar, laki-laki menjadi "takut" untuk mendekatinya. Karena itu tadi, rasa minder dan underdog masih menjadi stigma yang cukup kuat di benak laki-laki. Karena pada dasarnya, laki-laki merasa ketika berada di hadapan wanita harus memiliki keunggulan sehingga ada yang dia "banggakan" di hadapan si wanita tsb.
Akan tetapi stigma atau pandangan ini tidak sepenuhnya benar, tapi bukan berarti salah juga. Dalam mensikapi kondisi seperti ini, apalagi ketika sudah terikat ke dalam sebuah penikahan, perlu adanya komunikasi dan komitmen yang baik antara laki-laki dan perempuan tsb, antara suami dan istri tsb.
Karena pada dasarnya, Islam sudah memberikan tuntunan dan arahan yang jelas tentang hal ini. Tidak masalah ketika istri memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari suami, penghasilan yang lebih besar dari suami, jabatan yang lebih baik dari suami, dsb. Selama istri mengerti, memahami, dan tidak melalaikan tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri bagi suaminya dan seorang ibu bagi anak-anaknya.
Lalu bagaiamankah seharusnya seorang istri memposisikan dirinya di dalam rumah tangga? Dalam Kitab Uqud al-Lujjayn fi Bayan Huquq az-Zawjayn (Temali Dua Samudera Mengenai Penjelasan Hak-hak Kedua Pasangan/Suami-Istri) sudah dijelaskan dengan sangat rinci mengenai hal ini, yaitu mengenai bagaimana kewajiba seorang istri terhadap suami.
Di dalam kitab ini dibahas tentang bagaimana kewajiban seorang istri terhadap suaminya, dari kewajiban taat terhadap suami, menyerahkan dirinya secara penuh, selalu di rumah (tidak keluar rumah kecuali dengan ijin suami), menutup diri dari pandangan ajnabi, dan beberapa kewajiban yang lain. Berikut ini antara lain kewajiban seorang istri kepada suami yang dipaparkan di dalam kitab Uqudu Lujjayn ini.
- Tidak meragukan kepemimpinan suami (QS. An-Nisa: 34).
- Taat kepada perintah suami (kecuali perintah untuk bermaksiat dan dosa).
- Menjaga dan memelihara kehormatan dirinya dan harta suaminya ketika suami tidak ada (QS. An-Nisa: 34).
- Menyenangkan dan menenangkan hati suami (Al-Hadist).
- Bersabar atas kekurangan (sifat dan sikap suami).
- Tidak menganiaya suami dengan memberikan beban pekerjaan yang tidak pantas menjadi beban suami dan menyakitkan hatinya.
- Tidak melakukan suatu hal (iabadah sunah, pekerjaan) tanpa ijin suami.
- Dan sebagainya.
Maka justru ketika istri memiliki pendidikan yang lebih tinggi, penghasilan yang lebih besar, karier yang lebih baik dari pada suami, maka hal itu malah akan menjadi salah satu kekuatan di dalam rumah tangga suami-istri tersebut. Kenapa demikian? Karena hal-hal itu tadi akan menjadi pelengkap mana kala suami berpenghasilan lebih kecil, berpendidikan lebih rendah dsb. Akan tetapi sangat penting untuk diingat dan diperhatikan, bagaimapun istri harus bisa menghargai, menghormati, memuliakan dan membesarkan hati suami walaupun penghasilan istri lebih besar, pendidikan lebih tinggi, dan karier lebih bagus dari pada suami. Tunjukkan bakti dan cinta sepenuhnya untuk suami, tunjukkan ketaatan kepada suami dalam ketaqwaan kepada Allah swt, tunjukkan kepada suami bahwa istri mampu menjadi istri yang sholihah yang qurrota a'yun bagi suami, yang menyejukkan pandangan dan mendamaikan hati. Tetap berlemah lembut dan bermanja kepada suami, tunjukkan kepada suami bahwa istri sangat membutuhkan suami walaupun penghasilan istri lebih tinggi, pendidikan lebih bagus, dan karier lebih baik daripada suami.
Hal ini karena kedudukan suami terhadap istri di dalam ranah berumah tangga sangatlah tinggi, Rosulullah sendiri yang menyatakan hal ini dalam sebuah hadistnya, "Seandainya aku memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada yang lain, maka tentu aku akan memerintahkan para wanita untuk bersujud kepada suaminya karena Allah telah menjadikan begitu besar hak suami yang menjadi kewajiban istri." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadist ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan suami terhadap istri. Karena suami memang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dan pelindung bagi istri. Istri adalah pelayan bagi suaminya. Bukan berarti ini menjadikan wanita terkekang dan direndahkan, bukan. Justru inilah yang akan menjadikan mulia seorang wanita. Mulai di dunia, dan mulia di akhirat kelak.
Dalam hal ini contoh yang sangat nyata adalah kehidupan rumah tangga Rosulullah SAW dengan Ibunda Khadijah, yang mana secara kekayaan dan penghasilan, beliau jauh melampaui Rosulullah SAW. Secara usia beliau juga jauh di atas usia Rasulullah SAW. Tapi ternyata kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW dengan beliau sangatlah harmonis. Ibunda Khadijah tahu bagaimana beliau memposisikan diri sebagai seorang istri bagi Rasulullah SAW. Contoh ketika Rasulullah SAW pulang dari Goa Hiro selepas menerima wahyu yang pertama kalinya, Rosulullah SAW pulang dalam keadaan gemetaran dan mengigil karena ketakutan. Ketika sampai di rumah, Ibunda Khadijah lantas menyambut Rasulullah SAW dengan lembut, memberikan Rasulullah SAW minum dan selimut, hingga kemudian menenangkan Rasulullah SAW di dalam pelukan beliau. Inilah salah satu contoh nyata bagaimana memposisikan diri sebagai seorang istri, meskipun istri dalam keadaan berpenghasilan besar, berpendidikan tinggi, dan berkarier lebih baik dari pada suami.
Sehingga pada ahirnya, kembali kepada komunikasi yang baik antara suami-istri, serta pemahaman istri akan tugas dan kewajiban utamanya sebagai seorang istri. Seberat dan sesibuk apapun pekerjaan istri, tidak boleh menjadikannya sebagai alasan istri untuk melalaikan tugas dan kewajiban dia sebagai istri bagi suaminya dan sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya. Pun demikian halnya dengan tingginya pendidikan dan besarnya penghasilan istri, tetaplah dia harus bisa berposisi sebagai istri yang baik bagi suaminya yang artinya harus tet menunaikan tugas dan kewajibannya sebagainseorang istri yang melayani, menyenangkan dan menenangkan hati suami.
Kalau kata KH. Anwar Zahid, "Senajan wong wedok kuwi ahli ibadah, nek sholat khusyuk, nek sujud bathuke sampe benjut, nek dzikir lambene nganti njedir, nek shodaqoh nyah-nyoh.. kok wani karo wong lanang, mbantahi wong lanang, nglarani atine wong lanang.. Suwargo gak bakalan nompo wong wedok seng koyo ngono kuwi dapurane."
Menjadi Muslim Sejati (2) : 10 Karakter Pribadi Muslim
Menyambung tulisan sebelumnya yaitu Menjadi Muslim Sejati (1), kita akan membahas tentang bagaimana seorang muslim yang sejati itu berkarakter dalam setiap sisi kehidupannya. Bukan karakter ketika sholat saja, bukan karakter ketika puasa saja, ataupun karakter di saat berhaji saja. Bukan. Akan tetapi, karakter yang harus dibangun dan dibina oleh seorang muslim yang sejati adalah karakter di setiap sisi kehidupannya, di setiap hela nafasnya, dan disetiap denyut nadinya. Di manapun, kapanpun, bagaimanapun, karakter itu harus senantiasa melekat dalam diri seorang muslim.
Lalu bagaimana dan apa saja karakter muslim sejati itu? Ada 10 karakter utama yang harus dimiliki oleh seorang muslim yang sejati, yaitu sebagai berikut.
1. Salimul Aqidah (Good Faith)
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS Al-An'am: 162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasulullah Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: "Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat." Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasulullah Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (Strong Character)
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung." (QS Al-Qalam: 4).
4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: "Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah." (HR. Muslim).
5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS Al-Baqarah: 219).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: "Katakanlah: Samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS Az-Zumar: 9).
6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: "Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam)." (HR. Hakim).
7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)
Pandai mengelola waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: "Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.". Bahkan Prof. Usman Rianse, Rektor Universitas Haluoleo Kendari pernah menyampaikan di sela pelatihan MHMMD untuk 11.000 mahasiswa baru Universitas Haluoleo. "Sahabat kita yang paling kejam adalah waktu. Oleh karena itu, manfaatkanlah setiap waktu yang kalian miliki untuk hal-hal yang bermanfaat.".
Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka di antara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)
Teratur dalam suatu urusan/pekerjaan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.
10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (HR. Qudhy dari Jabir).
Demikianlah 10 karakter utama yang harus dimiliki oleh seorang muslim sejati. Harapan kita, marilah kita bersama-sama membangun karakter tersebut, menjaga karankter tersebut, dan selalu meningkatkan dan meng-istiqomah-kan karakter tersebut di dalam diri kita.
Read More
Lalu bagaimana dan apa saja karakter muslim sejati itu? Ada 10 karakter utama yang harus dimiliki oleh seorang muslim yang sejati, yaitu sebagai berikut.
1. Salimul Aqidah (Good Faith)
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS Al-An'am: 162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasulullah Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: "Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat." Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasulullah Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (Strong Character)
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung." (QS Al-Qalam: 4).
4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: "Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah." (HR. Muslim).
5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS Al-Baqarah: 219).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: "Katakanlah: Samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS Az-Zumar: 9).
6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: "Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam)." (HR. Hakim).
7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)
Pandai mengelola waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: "Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.". Bahkan Prof. Usman Rianse, Rektor Universitas Haluoleo Kendari pernah menyampaikan di sela pelatihan MHMMD untuk 11.000 mahasiswa baru Universitas Haluoleo. "Sahabat kita yang paling kejam adalah waktu. Oleh karena itu, manfaatkanlah setiap waktu yang kalian miliki untuk hal-hal yang bermanfaat.".
Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka di antara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)
Teratur dalam suatu urusan/pekerjaan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.
10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (HR. Qudhy dari Jabir).
Demikianlah 10 karakter utama yang harus dimiliki oleh seorang muslim sejati. Harapan kita, marilah kita bersama-sama membangun karakter tersebut, menjaga karankter tersebut, dan selalu meningkatkan dan meng-istiqomah-kan karakter tersebut di dalam diri kita.
Menjadi Muslim Sejati (1)
Menjadi seorang muslim haruslah dilakukan secara kaffah, yaitu dengan menjadi muslim secara total dengan melaksanakan secara keseluruhan ajaran Islam di dalam berbagai aspek dan sisi kehidupan. Bukan hanya pada tataran ibadah semata, melainkan juga pada tataran kehidupan yang lain seperti pada tataran kehidupan sosial, bermasyarakat, dunia kerja, pendidikan, kenegaraan, dan seluruh kehidupan seorang muslim dari A sampai dengan Z. Seorang muslim harus menjalankan dan menerapkan Islam secara menyeluruh, bukan menjadi seorang muslim yang setengah-setengah yang pilih-pilih terhadap penerapan ajaran Islam menurut kepentingannya, atau sekedar muslim-musliman yang mana Islam hanya sebagai simbol dan identitas semata. Na'udzubillah..
Permasalahannya adalah, saat ini banyak kita temui umat Islam luntur (kalau tidak mau dikatakan hilang) jatidiri keislamannya. Banyak di antara umat Islam yang memandang pesimis bahkan cenderung sinis terhadap ajaran Islam, mencibir dan mencemooh orang-orang yang hendak menjalankan islam secara total dalam kehidupan mereka. Misal satu contoh yang sering kita temui salah satunya adalah tentang berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Rasulullah SAW sudah jelas mensabdakan, dari Ma’qil bin Yasar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ
“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari hadits tersebut sudah jelas bagaimana kerasnya ancaman perbuatan tersebut (bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahrom tanpa hijab), walau hadits tersebut dipermasalahkan keshahihannya oleh ulama lainnya. Akan tetapi di sini kita tidak perlu berpolemik tentang hal tersebut. Sebagai seorang muslim, baiknya kita ebih mengambil sikap yang cenderung menyelamatkan kita dari dosa, yaitu dengan sebisa mungkin menghindari bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahrom tanpa hijab itu tadi. Kalaupun di antara kita ada yang belum bisa melaksanakan hal tersebut karena alasan tertentu, baiknya kita tidak mencibir dan mencemooh mereka yang melakukan hal tersebut. Ini salah satu contoh. Maka dari itu, penting kiranya kita sebagai umat muslim memiliki rasa dan semangat untuk selalu meningkatkan kualitas keimanan kita secara tersu menerus, sehingga nantinya bisa menjadi seorang muslim yang sejati.
Karakter seorang muslim harus kita bangun dalam diri kita. Bukan dalam tataran ibadah semata, melainkan dalam seluruh aspek kehidupan kita. Misalnya saja ketika kita sholat, kita menutup aurat. Maka dalam keseharian pun kita wajib menutup aurat kita. Contoh lagi ketika kita sholat, kita dalam kedaan suci. Maka dalam keseharian pun kita harus selalu menjaga kesucian (dan kehormatan) kita baik lahir maupun batin. Pun demikian dengan hal-hal lainnya. Islam harus kita amalkan di dalam setiap lini kehidupan kita. Karakter ini harus selalu kita bangun, kita jaga dan kita tingkatkan kualitasnya.
Lalu, bagaimana sebetulnya karakter seorang muslim yang sejati itu?
Rasulullah Berpoligami? Benar, Tapi...
Kanjeng Nabi istrinya banyak? Benar. Rasulullah berpoligami? Iya. Tapi sahabat, tahukah kenapa beliau berpoligami? Tahukan kenapa beliau menikahi banyak wanita? Kiranya tulisan ini bisa menjadikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan juga beragam pernyataan yang banyak dilontarkan oleh orang-orang yang membenci Islam dengan mengangkat isu poligami Rasulullah sebagai bahan untuk menjatuhkan citra Islam. Ini juga inspirasi dan perenungan bagi kita, para lelaki muslim, yang hendak menjadikan poligami yang dilakukan Rasulullah sebagai bahan pembenaran semata untuk kita melakukan poligami dengan niat yang tidak benar.
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (Q.S. An-Nisa: 3).
Berikut nama-nama istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, usia mereka dinikahi, usia Rasul menikahi, statusnya, kondisinya, serta alasan mengapa Rasul menikahinya.
1. Nama : Khadijah
Status : 2 kali janda
Usia Dinikahi : 40 thn
Usia Rasul : 25 thn
Kondisinya : Pengusaha, Keturunan Bangsawan, memiliki 4 anak dari pernikahan sebelumnya, memiliki 6 anak dari Rasulullah.
Alasan dinikahi: Petunjuk Allah, karena dia adalah wanita pertama yang memeluk islam, dan mendukung dakwah Nabi
2. Nama : Aisyah ra
Status : Gadis
Usia Dinikahi : 11 tahun (tetapi tinggal serumah dengan Nabi setelah usia 19 tahun)
Usia Rasul : 52 tahun
Kondisinya : Cantik, cerdas, putri Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Alasannya : petunjuk Allah (lewat mimpinya 3 malam berturut-turut).
Hikmahnya : Rasulullah mengajarkan tentang kewanitaan kepada Aisyah agar disampaikan kepada para umatnya kelak. Aisyah banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah yang disampaikan pada umat.
3. Nama : Saudah binti Zum’ah
Status : janda
Usia dinikahi : 70 thn
Usia Rasul : 52 thn
Kondisi : Wanita kulit hitam, janda dari sahabat nabi yang menjadi perisai Nabi saat perang. Memiliki 12 anak dari pernikahan dengan suami pertama.
Alasannya : Menjaga keimanan Saudah dari gangguan kaum musyrikin
4. Nama : Zainab Binti Jahsy
Status : Janda
Usia dinikahi : 45 thn
Usia Rasul : 56 thn
Kondisi : Mantan istri Zaid bin Haritsah.
Alasan : Perintah Allah bahwa pernikahan harus sekufu, Zainab adalah mantan istri anak angkatnya Rasulullah. Sekaligus menginformasikan bahwa anak angkat tidak bisa dijadikan anak kandung secara nasab. Maka istrinya tetap bukan mahrom untuk ayah angkatnya. Jadi boleh dinikahi.
5. Nama : Ummu Salamah
Status : Janda
Usia Dinikahi : 62 thn
Usia Rasul : 56 thn
Kondisi : Putri bibi Nabi, seorang janda yang pandai berpidato dan mengajar.
Alasan : Perintah Allah untuk membantu dakwah Nabi.
6. Nama : Ummu Habibah
Status : Janda
Usia dinikahi : 47 thn
Usia nabi : 57 tahun
Kondisi : mantan istri Ubaidillah bin Jahsy, cerai karena suaminya pindah agama menjadi Nashrani.
Alasan : Untuk Menjaga keimanan Ummu Habibah agar tidak murtad.
7. Nama : Juwairiyyah bin Al-Harits
Status : Janda
Usia dinikahi : 65 thn
Usia Nabi : 57 tahun
Kondisi : Tawanan perang yang dinikahi oleh Rasulullah, tidak memiliki sanak saudara, dan memiliki 17 anak dari pernikahan yang pertama.
Alasan : Petunjuk Allah, memerdekakan perbudakan dan pembebasan dari tawanan perang dan menjaga ketauhidan.
8. Nama : Shafiyah binti Hayyi
Status : 2 kali janda
Usia dinikahi : 53 thn
Usia Nabi : 58 tahun
Kondisi : Wanita muslimah dari kalangan Yahudi Bani Nadhir, memiliki 10 anak dari pernikahan sebelumnya.
Alasan : Rasulullah menjaga keimanan shafiyyah dari boikot orang Yahudi.
9. Nama :Maimunah Binti al-Harits
Status : Janda
Usia Dinikahi : 63 thn
Usia Nabi : 58 tahun
Kondisi : Mantan istri Abu Ruham bin Abdul Uzza
Alasan : Istri rasulullah dari kalangan yahudi bani kinanah. Menikah dengan rasulullah adalah untuk menjaga dan mengembangkan dakwah di kalangan bani nadhir.
10. Nama : Zainab binti Khuzaimah
Status : Janda
Usia Dinikahi : 50 thn
Usia Nabi : 58 tahun
Kondisi : Seorang janda yang banyak memelihara anak yatim dan orang yang lemah di rumahnya. Mendapat gelar Ummul Masakin (Ibu dari orang-orang miskin).
Alasan : Petunjuk allah untuk bersama2 menyantuni anak yatim dan orang lemah.
11. Nama : Maria Qibtiyyah
Status : Gadis
Usia dinikahi : 25 thn
Usia Nabi : 59 tahun
Kondisi : Seorang budak yang dihadiahkan oleh raja Muqauqis dari Mesir.
Alasan : Menikahi untuk memerdekakan dari kebudakan dan menjaga keimanan Mariyah
12. Nama : Hafsah binti Umar
Status : Janda
Usia dinikahi : 35 thn
Usia Nabi :61 tahun
Kondisi : Putri sabahat Umar bin Khattab. Janda dari Khunais bin Huzafah yang meninggal karena perang Uhud.
Alasan : Petunjuk Allah.
Hikmah : Hafsah adalah wanita pertama yang hafal Al-Qur’an. Dinikahi oleh Rasulullah agar bisa menjaga keotentikan Al Qur'an.
Maka inilah jawabannya, Rosulullah tiada pernah menikah dengan wanita-wanita tersebut hanya karena hawa nafsu beliau seperti yang dituduhkan orang-orang yang membenci beliau dan membenci Islam selama ini. Maka, ingatlah apa yang telah Allah swt firmankan...
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri- istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisa: 129)
Ya Robbi, Jagalah NU Kami...
Saya sadar, saya bukan kader NU yang "sejati". Saya tidak pernah aktif di keorganisasian NU, PMII, Banser, ataupun keorganisasian berbasis NU yang lain. Saya bukanlah seorang santri tulen yang ngaji di pesantren-pesantren ternama di kalangan masyarakat Nahdliyin. Saya bukan anak atau keluarga yang menjadi pemuka NU.
Saya hanyalah seseorang yang merasa ikut memiliki NU, handarbeni NU. Karena saya lahir, besar, tumbuh dan hidup di kalangan masyarakat yang memegang nilai-nilai NU. Saya ngaji di mushola yang diajar oleh salah seorang kyai NU di kampung saya. Saya juga ngaji (lagi) di sebuah TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) yang bernama TPA Manbaush Sholihin yang juga diasuh oleh salah seorang Kyai NU, Bpk Kyai Ruhani Roudli, AH. Di kampung saya terbiasa ikut yasinan, tahlilal, manaqiban, barzanji/diba'an, dan lain-lain sebagai mana masyarakat di kampung saya lakukan. Karena NU pula saya tahu tentang ibadah, baca Qur'an, tentang islam, tentang akhlak walaupun itu semua masih sangat sedikit (karena kebodohan saya).
Benar, sekali lagi, benar saya bukan orang NU yang benar-benar NU, seperti teman-teman saya yang banyak dari NU yang mereka benar-benar NU. Mereka aktif di keorganisasian NU, nyatri di pesantren-pesantren ternama NU, pinter baca kitab kuning, paham tentang segala seluk beluk ke-NU-an. Saya? Bukan apa-apa. Saya hanya memiliki kekaguman dan kerinduan kepada si mbah Kyai Hasyim Asyari, Mbah Moen, Gus Sholah, Gus Mus, Kyai Anwar Zahid...
Akan tetapi, walaupun seperti itu, barangkali rasa memiliki, roso handarbeni NU saya sama atau bahkan lebih besar daripada yang dirasakan teman-teman saya dan orang lain bahkan. Saya merasa tidak rela ketika NU disudutkan, NU dicaci maki, tradisi NU disalah-salahkan dan dibid'ah-bid'ahkan. Saya pun tidak rela jika NU kini dicap oleh (sebagian) orang sebagai organisasi yang telah tersusupi JIL (Jaringan Islam LIberal), tersusupi Syi'ah dan sebagainya.
Benar, saya tidak rela. Dan hati saya semakin sakit dan sedih ketika banyak melihat di pemberitaan bahwa momentum Muktamar NU yang ke-33 di Jombang diwarnai isu-isu dan berita negatif. Berita kegaduhan, perpecahan, money politic, dijaga pasukan Jin, bahkan berita tentang goyang oplosan di arena muktamar (astaghfirullah....) dan entah apalagi tersebar begitu luas dan booming di media massa. Saya tidak rela ketika berita-berita negatif itu semua dijadikan bahan olokan di media massa dan di media sosial.
Terahir saya membaca di sebuah harian, Gus Mus (KH Musthofa Bisri) sampai harus menangis dan hendak mencium kaki para mukatmirin demi menenangkan kegaduhan peserta muktamar.
Ya Allah... Entah apa yang tengah terjadi di dalam NU yang saya cintai ini, saya tidak tahu. Ya Robbi... jagalah NU kami ini, selamatkanlah NU kami ini dari orang-orang yang buruk dan ingin merusak NU kami ini.
... saya menangis karena NU yang selama ini dicitrakan sebagai organisasi keagamaan, panutan penuh dengan akhlakul karimah, yang sering mengkritik praktik-praktik tak terpuji dari pihak lain ternyata digambarkan di media massa begitu buruknya. Saya malu kepada Allah, malu pada KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri dan para pendahulu kita. Lebih-lebih ketika saya disodori koran yang headlinenya ‘Muktamar NU Gaduh, Muktamar Muhammadiyah Teduh’.
... Di tanah ini terbujur kiai-kiai kita, di sini NU didirikan apa kita mau meruntuhkan di sini juga, Naudzubillah, saya mohon dengan kerendahan hati Anda melepasksan semuanya, dan memikirkan Allah dan pendiri kita.
Mamakku Tercinta, Selamat Ulang Tahun...
Ya, tangan itulah yang selalu menguatkanku hingga aku menjadi seperti sekarang ini. Ya, tangan itu yang selalu menjadi pembelaku di saat aku disakiti dan diolok oleh rekan sepermainan. Ya, tangan itulah yang selalu tiada lelah bekerja keras mencari nafkah demi mencukupi kehidupan aku dan adikku semenjak bapak tiada 18 tahun yang lalu. Ya, tangan itu pula yang kadang memukul kami dengan cinta, bukan itu menyakiti, tapi untuk mendidik kami dan menguatkan kepribadian kami.
Ya, kaki itulah yang selalu melangkah untuk dengan kuatnya demi sesuap nasi untuk anak-anaknya. Ya, kaki itu pula yang selalu menjadi tumpuan baginya untuk kuat menghadapi kerasnya kehidupan. Ya, kaki itu pula yang menemani langkahku menuju ke sekolah. Ya, kaki itu pula yang senantiasa segera berlari cepat di saat diri ini dalam kesulitan. Ya, kaki itulah yang senantiasa berdiri tegar untuk anak-anaknya tercinta.
Ya, wajah teduh itu, tutur lembut nan tegas itu, hati yang mulia itu, pribadi yang luar biasa itu, yang bibirnya tiada henti mengucap nasihat untukku. Yang bibirnya tiada henti memohon kepada-Nya untuk kebaikanku dan adikku. Ya, badan yang letih namun tak dirasakannya itulah yang selama ini menjadi sandaranku ketika aku terpuruk. Tangan dan tubuh yang tiada lelah dan bosan memeluk dan menguatkan diri ini saat diri ini dilanda keresahan.
Entah... rasanya tiada lagi ungkapan yang mampu aku sampaikan untuk menggambarkan kemuliaannya. Betapa mulia hati, jiwa, tutur kata dan segala yang ada padanya.
Dan kini, pada hari ini, Allah swt telah menggenapkan usianya yang ke-45 tahun. Hanya alunan doa dan doa yang bisa aku panjatkan pada Allah Sang penggenggam semesta, agar Dia selalu memberikan kebaikan dan kebarokahan dalam kehidupannya. Dipanjangkan umurnya, ditambahkan kesabarannya, diluaskan dan dibarokahkan rizkinya, serta disehatkan jiwa dan raganya. Hanya ucapan terimakasih yang tiada terhingga, yang dapat aku ucapkan untukmu Ibunda.
Barokallahu fi umurikum... Ananda sangat mencintaimu, walaupun sebesar apapun cintaku padamu, tiada akan pernah bisa menjadi penebus cinta dan pengorbananmu kepadaku, sampai kapanpun tiada akan pernah bisa. I love U Bundaku sayang, Ananda benar-benar mencintaimu...
Selamat Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33, Selamat Muktamar Muhammadiyah ke-47
Sebuah bincang tentang 4 orang murid Syaikhana Cholil Bangkalan yang akan jadi tonggak dakwah Indonesia. Dari 4 orang murid Syaikhana Cholil itu, NU, Muhammadiyah, MIAI dan Masyumi terpondasi.
- Awal 1900-an 4 murid tamatkan pelajarannya pada Kyai Cholil di Bangkalan Madura. Menyeberangi selat, 2 ke Jombang, 2 ke Semarang.
- Dua murid yang ke Jombang, 1 dibekali cincin (kakek Cak Nun), 1 lagi KH Romli (ayah KH Mustain Romli) dibekali pisang mas.
- Dua murid yang ke Semarang; Hasyim Asy'ari & Muhammad Darwis, masing masing diberi kitab untuk dingajikan pada Kya Soleh Darat.
- Kyai Soleh Darat adalah ulama terkemuka, ahli nawawu, ahli tafsir, ahli falak; keluarga besar RA Kartini mengaji pada beliau. Bahkan atas masukan Kartini-lah, Kyai Soleh Darat menerjemahkan Al Quran ke dalam bahasa Jawa agar bisa difahami.
- Pada Kyai Soleh Darat, Hasyim dan Darwis (yang kemudian berganti nama jadi Ahmad Dahlan) belajar tekun dan rajin, lalu 'diusir'. Kedua sahabat itu; Hasyim Asy'ari dan Ahmad Dahlan diperintahkan Kyai Soleh Darat segera ke Mekkah untuk melanjutkan belajar.
- Setiba di Mekkah, keduanya nan cerdas menjadi murid kesayangan Imam Masjidil Haram, Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Tampaklah kecenderungan Hasyim yang sangat mencintai hadits, sementara Ahmad Dahlan tertarik bahasan pemikiran dan gerakan Islam.
- Tentu riwayat jalan berilmu mereka panjang. Saya akan melompat pada kepulangan mereka ketanah air & gerakan nan dilakukan.
- Hasyim Asy'ari pulang ke Jombang. Disana kakek Cak Nun (yang maafkan saya terlupa namanya) menantinya penuh rindu. Kakek Cak Nun nan 'sakti' inilah yang menaklukkan kawasan rampok dan durjana bernama Tebuireng untuk didirikan pesantren.
- Hasyim Asy'ari dia mohon agar mulai berkenan mulai mengajar disitu. Beliau membuka pengajian 'Shahih Al Bukhari' disana.
- Fahamlah kita, satu satunya orang yang bisa membujuk Gus Dur keluar istana saat impeachment dulu ya Cak Nun. Ini soal nasab.
- Saat disuruh mundur orang lain, Gus Dur biasanya jawab: "saya kok disuruh mundur, maju aja susah, harus dituntun!". Tapi Cak Nun tidak menyuruhnya mundur. Kata beliau "Gus, koen wis wayahe munggah pangkat!" Sudah saatnya naik jabatan!"..
- KH Romli Tamim yang juga di Jombang mendirikan pesantren di Rejoso, kelak jadi pusat Thariqoh Al Mu'tabarah yang disegani.
- Kembali ke Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari, CATAT INI: beliaulah orang yang menjadikan pengajian hadist penting & terhormat. Sebelum Hadratusy Syaikh memulai ponpes Tebuireng-nya dengan kajian Shahih Al Bukhari, umumnya ponpes cuma ajarkan tarekat.
- Tebuireng makin maju, santri berdatangan dari seluruh nusantara. Hubungan baik terjalin dengan Kyai Hasbullah, Tambakberas. Putra Kyai Hasbullah, Abdul Wahab kelak jadi pendiri organisasi Islam terbesar yang dinisbatkannya pada Hadratusy Syaikh: NU. Konon selama KH Abdul Wahab Hasbullah dalam kandungan, ayahnya mengkhatamkan Alquran 100 kali diperdengarkan pada si janin.
- Tebuireng juga berhubungan baik dengan KH Bisyri Syamsuri Denanyar. Abdul Wahid Hasyim menikahi putri beliau (ibu Gus Dur).
- KH Bisyri Syansuri juga beriparan dengan KH Abdul Wahab Hasbullah. Inilah segitiga pilar NU; Tambakberas - Tebuireng - Denanyar.
- Satu waktu ada santri Hadratusy Syaikh melapor, dari Yogyakarta ada gerakan yang ingin memurnikan agama & aktif beramal usaha. "O kuwi Mas Dahlan", ujar Hadratusy Syaikh "Ayo padha disokong!". Itu Mas Dahlan, ayo kita dukung sepenuhnya.
- KH Ahmad Dahlan sang putra penghulu keraton itu amat bersyukur. Beliau kirimkan hadiah. Hubungan kedua keluarga makin akrab.
- Sampai generasi ke-4, putra putri Tebuireng yang kuliah di Yogya selalu kos di keluarga KH Ahmad Dahlan Kauman (Gus Dur juga).
- Sebagai bentuk dukungan pada perjuangan KH Ahmad Dahlan, Hadratusy Syaikh menulis kitab 'Munkarat Maulid Nabi wa Bida'uha', bagi Hadratusy Syaikh, itu banyak bid'ah & mafsadatnya. UNIK: satu satunya Kyai NU yang tidak diperingati HAUL nya ya beliau.
- Ketika akhirnya gesekan makin sering terjadi antara anggota Muhammadiyah vs kalangan pesantren, Hadratusy Syaikh turun tangan. "Kita & Muhammadiyah sama. Kita Taqlid Qauli (mengambil PENDAPAT 'ulama Salaf'), mereka Taqlid Manhaji (mengambil METODE)".
- Tetapi dipelopori KH Abdul Wahab Hasbullah, para murid menghendaki kalangan pesantren pun terorganisasi baik. NU berdiri. Direstui Hadratusy Syaikh, Abdul Wahab Hasbullah & rekan berangkat ke Mekkah menghadap raja Saudi sampaikan aspirasi Madzhab. Kepulangan mereka disambut Hadratusy Syaikh dengan syukur sekaligus meminta untuk terus bekerjasama dengan Muhammadiyah.
- Atas prakarsa Hadratusy Syaikh, KH Mas Mansur -Muhammadiyah- & tokoh lain, terbentuklah Majlisul Islam A'la Indunisiya (MIAI). (yang kemudian berubah menjadi Masyumi -red)
Selamat Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33
Selamat Muktamar Muhammadiyah ke-47
Kuku dan Kehidupan
Ya, benar. Kuku dan kehidupan. kehidupan ini ibaratkan kuku-kuku yang ada di jari-jari kita. bahwasanya Allah swt telah menciptakan kehidupan kita sedemikian rupa. Pas. Sudah ada ketentuan dan ketetapan dari-Nya. Seperti kuku-kuku di jari-jari kita, kehidupan pun memiliki batas yang jelas untuk kita menjalani kehidupan tersebut.
Kita telah diperintahkan oleh Allah swt untuk menjalani kehidupan ini dengan tidak melampaui batas-batas yang telah Dia tentukan itu. Segala kegundahan, kegelisahan, kegalauan, kesedihan yang berlarut-larut, ratapan, merasa kurang, ambisius, nggigi mongso, nggrangsang, jauh dari kedamaian, adalah akibat dari kehidupan kita yang melampaui batas-batas yang telah Allah swt tentukan.
Seperti kuku, dalam perjalanan kehidupannya, kuku memiliki batas yang jelas. Dimana dari batasan itu, kuku memenuhi fungsinya yaitu utnuk melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Ketika kuku tumbuh panjang dan melebihi batas yang telah Allah swt tetapkan, maka kuku itu harus dipotong.
Kenapa demikian? Ini adalah untuk kebaikan dari pemilik kuku itu sendiri. ketika kuku dibiarkan tumbuh panjang melebihi batasannya, maka kuku itu bukan lagi sebagai pelindung tubuh (ujung jari-jari kita) tapi malah akan menjadi sumber petaka bagi kita. Bisa dimulai dari tempat tumbuh dan berkembangnya penyakit dari kuku-kuku yang panjang dan kotor, atau jikalaupun kuku-kuku itu dibersihkan secara rutin maka tetap saja akan sangat berpotensi menimbulkan masalah untuk diri kita, misalnya dengan kuku-kuku yang panjang, jari-jari kita rentan terluka ketika terantuk (terbentur) benda keras. Kuku akan copot dan berdarah-darahlah jari-jari kita.
Bagaimana kuku-kuku yang dipanjangkan dan dirawat dengan perawatan tertentu...? Bukankah ini bisa menjadikan keindahan bagi pemiliknya? Iya, keindahan semu. Karena semakin mahal perawatan yang kita lakukan, semakin indah kuku-kuku kita, maka apakah semakin tenang perasaan kita? Apakah semakin damai jiwa kita? Tidak. Justru sebaliknya, semakin kawatir hati kita jangan-jangan nanti kuku-kuku yang telah dirawat sedemikian rupa itu rusak karena suatu hal. Selain itu, perawatan yang dikeluarkan untuk kuku-kuku itu juga merupakan tindakan yang berlebihan dan melampaui batas (boros). Itu semua adalah tindakan yang sia-sia. Padahal jika kita bisa memahami lebih jauh tentang hal ini, cukup dengan dipotong secara rutin ketika kuku-kuku itu sudah mulai memanjang melebihi batasnya, selesai. Simpel dan tidak ribet.
Maka seperti itulah kehidupan kita. Allah swt telah mengkaruniakan kehidupan kita sedemikian rupa sesuai dengan batasan yang telah Dia tentukan. Dan yakinlah, batasan itu adalah sudah pas dan sesuai dengan kita. Ketika kita merasa kurang, merasa belum mencapai ini-itu, merasa belum memiliki ini-itu, maka hati-hatilah.. jangan-jangan kehidupan kita sudah "tumbuh" melampaui apa yang telah Allah swt bataskan.
Karena jika kita mampu dan mau hidup sejalan dengan batasan yang telah Allah swt tentukan, maka kehidupan kita akan damai dan sejahtera. Hati akan lebih lapang, jiwa akan terasa tenang, pikiranpun akan lebih terang. Lain halnya ketika kita dan pola kehidupan kita telah melampaui batasannya, maka yang ada adalah kegelisahan, kegalauan, resah, gundah, ngoyo, dan selanjutnya yang ada hanyalah kesia-siaan semata yang kita lakukan. Dan pada ahirnya, kita akan sangat jauh dari apa yang disebut dengan kebahagiaan.
Maka, kuncinya adalah bersyukur dan iklas. Bersyukur dengan merasa cukup dengan apa yang telah kita miliki dan kita raih saat ini Serta iklas, buang dan potong segala kelebihan angan-angan dan ambisi-ambisi yang terus menggelayuti kita. Yang mana jika itu semua kita biarkan tumbuh dan semakin memanjang seperti kuku-kuku di jari-jemari kita yang tidak dipotong, maka kehidupan kita itu akan sangat berpotensi menjadi tempat bersarangnya kotoran, penyakit dan kehinaan, serta akan semakin menjerumuskan kita kepada kesia-siaan dan ketidak-tenangan. Tapi ketika kita bisa menjalai kehidupankita sesuai denga batasan yang telah Allah swt tetapkan, maka kebahagiaan dan kedamaian akan melingkupi kehidupan kita. Dan yakinlah, Allah swt akan mencukupkan kebutuhan kita.
فَمَنِ ابْتَغى وَراءَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ العادُونَ
"Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Mu'minuun [23] : ayat 7)
إِنَّمَا السَّبيلُ عَلَى الَّذينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَ يَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولٰئِكَ لَهُمْ عَذابٌ أَليمٌ
"Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih." (QS. Asy-Syuura [42] : ayat 42)
Wallahu a’lam bish-shawabi.